أهلا و سهلا

Selamat Datang | Dua puluh tahun aku menyelami dunia, itu sangat membantuku dalam memahami apa yang Tuhanku inginkan dariku untuk kukerjakan (al-Syafi`i) | Sama-sama berbuat, hanya yang tanpa ilmu lebih banyak MERUSAK-nya daripada membangun-nya (Hasan Bashri)| Mohon masukan...

Thursday, February 6, 2014

Sibawaih; Aroma Apel Terharum

Siapakah ulama nahwu terhebat yang pernah ada? Ibn Khillikan dalam Wafayâtu’l A`yan-nya menyebut Sibawaih. Amr bin Utsman bin Qanbar al-Haritsi Abu Bisyr. Sibawaih adalah gelar dalam bahasa Persia, apabila diarabkan artinya menjadi ‘aroma apel’. Sebagian kalangan suka memanggilnya Sibuyah, mereka kurang suka menyebut waih. Menurut orang non-Arab, artinya kurang baik. Ulama hadis beralasan, karena waih itu salah satu nama setan.

Sibawaih yang lahir di Syiraz, salah satu kota di Persia, lama berguru kepada Khalil bin Ahmad (100-170 H) di Bashrah, bahkan ia disebut sebagai muridnya yang paling unggul. Konon, Sibawaih itu gantengnya minta ampun. Gurunya sendiri pun sampai membuat tabir ketika mengajar Sibawaih.

Salah satu episode terkenal dalam hidup sibawaih adalah debatnya dengan ulama Kufah al-Kisa’i (119-189 H ), yang ketika itu menjadi guru dari putra Khalifah Harun al-Rasyid, al-Amin, tentang kalam Arab yang lebih fasih. Sayang waktu itu dialog berakhir dengan kurang sehat meskipun menghadirkan orang Arab asli. Dia dipaksa untuk mengakui bahwa al-Kisa’i yang benar. Sibawaih tahu ia dicurangi, maka ia pergi ke luar kota.

Masterpiece Sibawaih adalah al-Kitab, yang disebut sebagai buku nahwu yang tidak ada tandingannya, dari buku sebelum maupun setelahnya. Ia yang menjabarkan semua masalah nahwu di al-Kitab. Para ulama yang datang setelahnya, tidak ada satupun yang bisa menemukan persoalan nahwu apa yang belum dibahas Sibawaih dalam al-Kitab.

Dalam sebuah majelis, Prof. Dr. Fathi Hijazi, pakar balaghah al-Azhar, pernah menceritakan bahwa, “Dengan usia yang sangat pendek saja, kami (para ulama bahasa Arab di al-Azhar) sudah dibuat memeras otak dan tenaga, bagaimana kalau ia berumur panjang?”. Benar, Sibawaih meninggal dalam usia muda, 34 tahun. Namun begitulah, Allah yang menentukan peran hamba di dunia, dan menaikkan posisinya.

Meskipun terdapat perbedaan tentang kapan dan dimana Sibawaih meninggal, namun sumber yang bisa dipercaya menyebutkan bahwa ia meninggal pada tahun 170 H.

Sumber:
1. al-A`lam (5/81)
2. Wafayatu'l A`yan (3/463 no. 504)

Lokasi makam Imam Sibawaih
(karena tidak ada foto beliau, makam pun jadi)