أهلا و سهلا

Selamat Datang | Dua puluh tahun aku menyelami dunia, itu sangat membantuku dalam memahami apa yang Tuhanku inginkan dariku untuk kukerjakan (al-Syafi`i) | Sama-sama berbuat, hanya yang tanpa ilmu lebih banyak MERUSAK-nya daripada membangun-nya (Hasan Bashri)| Mohon masukan...

Wednesday, September 17, 2014

Buku Ayahku, Buku Keluargaku

Saya patut bersyukur. Di rumah Jogja, ada rak-rak buku raksasa yang menghiasi dinding rumah dan tidak ada yang kosong dari buku-buku ayah saya (masih di urutan pertama terbanyak), juga buku-buku milik ibu dan ‘anak-anak’ (saya dan kedua adik saya). Waktu kecil dulu (alhamdulillah sekarang saya sudah besar) saya sering melihat-lihat buku-buku ayah. Di antara buku-buku tersebut, ada yang isinya masih terekam baik di memori. Ini saya kisahkan, kisahkan dengan makna seperti riwâyah bi’l ma`na. Ada sedikit penyesuaian bahasa karena tuntutan zaman.

Kasykul. Judul dari sebuah buku kecil bersampul merah, isinya cerita-cerita unik. Salah satu kisahnya tentang ‘Konspirasi Yahudi’. Alkisah, ada seorang Yahudi yang kebetulan namanya sama dengan saya, Musa. Ia hidup di tengah kaum muslimin. Tentunya, ia selalu dapat mengamati kegiatan kaum muslimin sehari-hari termasuk solat berjamaah.

Mendengar suara adzan, bukannya hatinya tercerahkan. Tumbuh niat untuk menjalankan salah satu protokol zion (entah nomer berapa), membuat makar terhadap harta milik kaum muslimin. Kali ini salah satu pasal protokolnya berbunyi, “Nyolong sendal (mencuri sandal-Jw) milik kaum muslimin”. Dia memutuskan untuk menyerang ketika kaum muslimin sedang solat, karena ia tahu umat Islam bakal konsentrasi ibadah dan sandal-sandal ada di luar masjid. Tak lama kemudian, ia mendengar sang imam mengumandangkan takbir dan membaca bacaan tertentu. Musa pun mulai beraksi.

Ketika di tangan kanannya sudah tergenggam beberapa pasang sandal milik kaum muslimin, ia mendengar sang imam melantunkan. “Wa mâ tilka bi yamînika yâ Mûsâ...” (Apa yang ada di tangan kananmu Wahai Musa?). Kontan ia kaget bukan kepalang sekaligus merinding buah dari ke-GeeR-annya. Bagaimana mungkin sang imam tahu apa yang ia perbuat padahal ia berada di barisan terdepan dan menghadap ke arah yang berlawanan?

“Wah hebat juga umat Islam ini, ternyata setingkat itu kemampuannya!”, pikirnya. Selang beberapa waktu, ia dapat hidayah dan masuk Islam. Sekian ceritanya, karena memang ‘Kasykul’ isinya cerita pendek.


|Nikmati cerita ini dengan pikiran sederhana, tak perlu penafsiran macam-macam apalagi hermeneutika. Karena saya hanya ingin bernostalgia dengan buku-buku ayah saya, buku-buku keluarga saya. Juga ingin mohon doa, supaya terlecut untuk lebih rajin, efektif dan ikhlas baca|






No comments:

Post a Comment